Living (2022)

London, 1953: Kabut asap membungkus kota yang masih menanggung luka perang. Bangunan-bangunan kokoh berbalut perancah, menyembunyikan bekas luka ledakan dan peluru. Di balik mejanya yang penuh dokumen, Mr. Williams, seorang pegawai negeri sipil veteran, menjadi bagian penting dalam roda birokrasi yang berdenyut lamban untuk membangun kembali kota yang berdarah.

Hidup Mr. Williams monoton dan hampa. Rutinitas kantor yang menjemukan, rumah kosong yang hening, dan hubungan dengan sang istri yang dingin bagai es di musim dingin. Ia merasa hanyalah sebuah baut kecil dalam mesin besar, tak tergantikan tapi tak pernah benar-benar dilihat.

Suatu hari, diagnosis medis yang menghantam bagai badai mengubah segalanya. Mr. Williams didiagnosis dengan penyakit yang tak bisa disembuhkan, waktunya tinggal menghitung hari. Dunia yang tampak abu-abu kini berubah menjadi hitam legam. Kehampaan yang dirasakannya selama ini berteriak dengan suara bergemuruh, menuntut pengisian sebelum semuanya terlambat.