Limbo (2021)

Veteran detektif Cham, bermata baja dan berurat saraf tegang, menatap hamparan mengerikan di depannya. Gudang tua itu, sarang tikus dan debu, telah diubah menjadi kuburan ngeri. Anggota badan wanita yang terpotong berserakan di lantai, masing-masing fragmen membisikkan kisah kekejaman yang tak terkatakan.

Disampingnya, Will, rekrutan mentah dengan tekad yang melampaui pengalamannya, menelan muntah yang nyaris naik. Cham menepuk bahunya, bukan sebagai tanda kasihan, tapi sebagai pengingat bahwa keadilan, betapapun berlumuran darah, harus ditegakkan.

Kasing “Pemotong Kota” telah mencekik kota. Wanita muda, cantik, dan penuh harapan lenyap tanpa jejak, hanya untuk muncul kembali dalam potongan-potongan mengerikan. Cham, terikat oleh sumpah dan dihantui oleh kehilangan pribadi – istri dan anaknya direnggut oleh psikopat bertahun-tahun lalu – bersumpah untuk mengakhiri teror ini.

Penemuan gudang itu membawa angin kencang penyelidikan. Sidik jari parsial milik korban terbaru mengarah pada hantu masa lalu Cham: Edgar Vance, mantan narapidana yang membebaskan luka lama dan kebencian yang belum terkubur.

Perburuan dimulai. Cham dan Will menyusuri lorong-lorong kota yang kumuh, menelusuri jejak Vance yang licin dan brutal. Setiap petunjuk, setiap saksi yang gemetar, membawa mereka lebih dekat ke sarang monster, dan lebih dalam ke jurang kegelapan yang menghantui Cham sendiri.

Akankah dendam membakar habis keadilan? Bisakah Cham melepaskan masa lalunya yang berdarah untuk melindungi nyawa masa kini? Dan apakah Will, di ambang kegelapan, akan menemukan cahaya kepahlawanan dalam dirinya sendiri?

Kisah ini, berlumuran darah dan bayangan kegelapan, adalah tentang monster yang bersembunyi di balik wajah manusia, tentang keberanian yang lahir dari putus asa, dan tentang api keadilan yang menolak dipadamkan bahkan dalam badai terburuk.