House Without Roof (2022)

Di Stuttgart, Jerman, bayang-bayang tanah air Kurdistan berhantu dalam mimpi Alan, Jan, dan Liya. Lahir di sana, dibesarkan di sini, mereka terikat oleh akar dan duka. Janji terakhir ibu mereka, terbaring dingin di tanah asing, menggema di hati mereka: untuk dimakamkan di samping sang suami, pahlawan perang yang gugur di desa leluhur.

Namun, jalan pulang tak semudah bayangan. Klan menentang, sejarah berdarah Kurdistan menghambat langkah mereka. Risiko dan ketegangan menyelimuti perjalanan ini, seperti kabut tebal yang menutupi puncak-puncak gunung.

Dengan tekad seteguh baja dan cinta yang tak terpadam, Alan, Jan, dan Liya menerjang rintangan. Perjalanan mereka bukan hanya melintasi perbatasan dan medan perang, tapi juga menembus kedalaman ingatan dan luka keluarga. Trauma perang yang tersimpan dalam bisikan angin, dendam yang tergores pada wajah-wajah tua, dan harapan yang masih menyala di mata anak-anak desa, semuanya berbenturan dalam hati mereka.

Setiap langkah mereka adalah pertaruhan. Bertemu dengan para pejuang gerilya, menghindari mata-mata pemerintah, dan melewati reruntuhan kota yang menjadi saksi bisu kekejaman perang, mereka belajar arti keberanian dan persaudaraan.

Di tengah hiruk-pikuk konflik, mereka menemukan kembali sepotong tanah air yang dicintai ibu mereka. Ladang hijau yang terhampar luas, sungai jernih yang berkelok-kelok, dan rumah-rumah tua yang menyimpan kenangan masa kecil. Di sana, di samping makam sang ayah, mereka melepas ibu mereka, bukan hanya dengan air mata, tapi juga dengan janji untuk melestarikan warisan, untuk menjaga tanah air yang dicintai, dan untuk terus hidup, meski luka belum sepenuhnya sembuh.